KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang ”KONSEP TRANSCULTURAL NURSING” ini. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai
bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan
kepada junjungan kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para
sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga
penulis. Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang
telah diberikan kepada kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah Subhana wa
Taala. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri.
Makassar, 5 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang......................................................................... 1
- Rumusan Masalah.................................................................. 2
- Tujuan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
- Pengartian transcultural nursing.......................................... 3
- Konsep transcultural nursing................................................ 4
- Proses Keperawatan Transkultural...................................... 6
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan............................................................................... 1
- Saran ......................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Suku Bugis dan
Makassar merupakan suku-bangsa utama yang mendiami Sulawesi Selatan, disamping suku-bangsa utama lainnya seperti
toraja dan Man-dar. Suku Bugis
mendiami Kabupaten Daerah Tingkat II Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo,
Sidenreng-Rappang (Sidrap), Pinrang,
Polewali-Mamasa (Polmas), Enrekang, Luwu, Pare-pare, Barru, Pangkajene-kepulauan (Pangkep) dan
Maros. Suku Makassar mendiami Kabupaten Daerah tingkat II Gowa, Takalar,
Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar
walaupun mempunyai dialek tersendiri. Berdasarkan rumpun bahasa Daerahnya, maka di SUL-SEL
ini ada enam rumpun bahasa, seperti: Bahasa Makassar, Bahasa Bugis, Bahasa Mandar, Bahasa Luwu, Bahasa Toraja, Bahasa
Massenrempulu’. Salah satu rumpun bahasanya yaitu, rumpun bahasa Makassar meliputi
daerah Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Selayar, Kajang (Bulukumba), Manipi
(Sinjai Barat). Rumpun
bahasa Bugis meliputi daerah Sinjai, Bone, Wajo, Pinrang, Sidenreng-Rappang (sidrap),
Bulukumba, Pare-Pare, juga di sebagian daerah Pangkajene - Kepulauan
(Pangkep), Maros, Mandar, Enrekang, Barru dan palopo (Luwu).
Adapun
berdasarkan budayanya ini berbeda-bada antara satu daerah dengan daerah lain.
Disini kami akan membahas tentang budaya dari Daerah Bugis terkhusus dalam
masalah TRANSCULTURAL NURSING.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Pengartian Transcultural Nursing
2. Konsep Transcultural Nursing
3. Proses
Keperawatan Transkultural
3. TUJUAN
1. Mengetahui pengartian Transcultural Nursing
2. Mengetahui konsep Transcultural Nursing
3. Mengetahui proses Keperawatan Transkultural
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Transcultural Nursing
a. Transcultural
Bila ditinjau dari makna kata
, transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti alur
perpindahan, jalan lintas atau penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia; trans berarti melintang, melintas, menembus, melalui.
Cultur berarti budaya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kultur berarti, kebudayaan yaitu cara pemeliharaan atau pembudidayaan. Kepercayaan, yaitu nilai –
nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan
pada generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan
dengan kebudayaan.
Jadi, transkultural adalah lintas budaya
yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain. Atau pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.
b. Nursing
Pada kamus
Kedokteran Dorland, Nursing
diartikan sebagai: pelayanan yang mendasar atau berguna bagi peningkatan,
pemaliharaan, dan pemulihan kesehatan serta kesejahteraan atau dalam pencegahan
penyakit, misalnya terhadap bayi, oranh sakit atau cedera, atau lainnya untuk
setiap sebab yang tidak mampu menyediakan pelayanan seperti itu bagi diri
mereka sendiri.
c.
Transcultural
Nursing
Transcultural Nursing merupakan
suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras yang mempengaruhi pada seorang
perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien (Leininger,
1991).
Transcultural Nursing adalah
suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
2. Konsep Transcultural Nursing
a.
Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b. Nilai
Budaya adalah
keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
c. Perbedaan
budaya Perbedaan
budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei pemberian
asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan
yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang danindividu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik di antara
budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
e. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras
tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan
kebiasaan yang lazim.
f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia
didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia
g. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya.
Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan
saling memberikan timbal balik di antara keduanya.
h. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok
dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial
untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring adalah tindakan langsung yang
diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau
kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia
j. Cultural
Care berkenaan
dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang
dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.
k. Cultural
imposition berkenaan
dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan
nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
3.
Proses
Keperawatan Transkultural
Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah
klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
a. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya
klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen
yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
1. Faktor
teknologi (technological factors). Teknologi kesehatan memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini.
2. Faktor agama
dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama
adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama
yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan,
cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan
agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor
sosial dan keterikatan keluarga (kindship and social factors). Perawat
pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan
kepala keluarga.
4. Faktor
nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways factors). Nilai-nilai
budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada
faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
5. Faktor
kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors). Kebijakan
dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle,
1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu,
cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor
ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya
agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat di
antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari
kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor
pendidikan (educational factors). Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat
ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
b. Tahap Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai
latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga
diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
c. Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan.
Perencanaan
dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
(Andrew and Boyle, 1995) yaitu: mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila
budaya klien tidak bertentangan dengankesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan
dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
1. Cultural
care preservation/maintenance: a) Identifikasi
perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi; b) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi
dengan klien; c) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat.
2. Cultural
care accomodation/negotiation: a) Gunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh klien; b) Libatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan, c) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan
negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik.
3. Cultual care
repartening/reconstruction: a) Beri kesempatan pada klien untuk
memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya; b) Tentukan tingkat
perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok; c) Gunakan pihak ketiga
bila perlu; d) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua, e) Berikan
informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami
budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan
terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman
budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan
perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
d. Tahap Evaluasi.
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan
terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya
yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien.
BAB
III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Keperawatan transkultural adalah
suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan
kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar
belakang budaya.
2.
SARAN
Perawat dan klien harus
mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu
proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya-budaya
mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa
tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
Anni (2011).
Transcultural nursing from http://anni.wordpress.com/2011/06/25/kultural-nursing/ , 5 November 2012.
Asep sopyan Ramadhani
(2012). Konsep keperawatan lintas budaya transcultural nursing from http://supyan.stikeskuningan.ac.id/2012/02/01/konsep-keperawatan-lintas-budaya-transcultural-nursing/